I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari
kita tentu pernah mengalami kekecewaan,
karena barang yang kita miliki rusak karena berkarat. Sepeda, hiasan, mainan,
alat dapur yang awalnya bersih menjadi rusak. Secara ekonomi, sangat besar
biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki atau bahkan menganti
barang-barang yang berkarat. Proses perkaratan pada barang-barang dari logam
tersebut merupakan proses elektrokimia, dimana logam-logam tersebut
berinteraksi dengan zat-zat kimia yang ada di lingkungannya sehingga terjadi reaksi
redoks. Apakah proses elektrokimia selalu merugikan kita? Proses elektrokimia
yang tidak terkendalikan akan banyak merugikan kita. Tetapi perkembangan ilmu
telah berhasil mengendalikan proses elektrokimia. Anda tentu pernah menggunakan
barang-barang hasil proses elektrokimia. Baterai untuk menyalakan radio,
kalkulator, atau jam tangan merupakan barang yang menggunakan proses
elektrokimia. Contoh lain dari proses elektrokimia adalah pelapisan logam
dengan logam lain yang disebut dengan penyepuhan.
Penyepuhan berguna untuk melapisi
logam untuk perhiasan, atau juga untuk pencegahan karat/korosi, seperti pada
pipa atau besi, yang dilapisi oleh campuran besi (Fe) dan Seng (Zn), yang
disebut proses galvanisasi.
Seringkali kita temukan logam,
terutama perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan sebagainya yang warnanya
sudah memudar sehingga kurang menarik lagi untuk dilihat. Dengan penerapan
elektrolisis yaitu penyepuhan, kita bisa melapisi logam yang mengalami
perkaratan tersebut, ataupun membuat tampilan logam lebih baik dari sebelumnya.
Sebenarnya, proses penyepuhan ini tidak terlalu sulit. Maka dari itu, dalam
laporan ini kami membahas alat, bahan, cara kerja dan hasil yang diperoleh dari proses penyepuhan logam Fe (
Paku).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui
pengertian elektroisis atau penyepuhan
2. Untuk
mengetahui perbedaan sel elektroisis dengan sel galvani
3. Untuk
mengetahui reaksi yang yang terjadi pada
katodda dan anoda pada proses penyepuhan
4. Untuk
mengetahui aliran elektron pada proses penyepuhan
5. Untuk
mengetahui contoh- contoh penyepuhan lain dalam kehidupan sehari-hari
II.
LANDASAN
TEORI
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy
segera mengikuti dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah.
Bahkan hingga kini elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam.
Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan ionisasi tinggi
(misalnya alumunium). Produksi alumunium diindustri dengan elektrolisis dicapai
tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall
(1863-1914) dan penemu Prancis Louis Toussaint Heroult (1963-1914) pada
waktu yang sama. Elektrolisis ini terbilang sukses karena berhasil pada uji
penggunaan lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih
(alumunium,oksida; Alumina Al2O3).
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis adalah ion harus dapat
bermigrasi ke elektroda. Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai
mobilitas adalah dengan menggunakan larutan dalam air. Namun, dalam kasus
elektrolisis Alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah
direduksi daripada ion alumunium sabagaimana di tunjukkan:
Al3+ + 3e Al potensial elektroda normal = 1,662 V
2H2O + 2e H2 + 2OH-
potensial elektroda normal =
0.828 V
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3
meleleh pada suhu sangat tinggi 20500C, dan elektrolisis pada suhu
setinggi ini jelas tidak realistik. Namun, titik lelehan campuran Al2O3
dan Na3AlF6 adalah sekitar 10000C dan
suhu ini mudah dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih alumunium, bauksit,
mengandung berbagai oksida logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan
alkali, dan hanya oksida alumunium yang amfoter yang larut. Bahan yang tak larut
disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan
hidrolisis garamnya (Chang, 2004).
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oleh arus listrik, sebaliknya reaksi kimia
dapat dipakai untuk menghasilkan arus listrik. Elektrolisis merupakan proses
dimana reaksi redoks tidak berlangsung secara spontan. Untuk lebih memahami
apakah sebenarnya elektrolisis itu dapat dilihat pada proses pengisian aki.
Dalam proses pengisian aki tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila ke dalam
suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah maka akan terjadi reaksi
kimia, yakni penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi
kimia) oleh arus searah itulah yang disebut elektrolisis. Sel elektrolisis
terdiri dari larutan yang dapat mengahantarkan listrik yang disebut elektrolit,
dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai katoda dan anoda.
Sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Komponen utamanya adalah
sebuah wadah, elektrode,
elektrolit, dan sumber arus searah. Elektron (listrik) memasuki larutan
melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu dalam larutan menyerap elektron
dari katode dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi ion melepas elektron di
anode dan mengalami oksidasi. Jadi, sama seperti pada sel volta, reaksi di katode
adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi. Akan tetapi, muatan
elektrodenya berbeda. Pada sel volta, katode bermuatan positif, sedangkan anode
bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis, katode bermuatan negatif, sedangkan
anode bermuatan positif.
Apabila listrik dialirkan melalui lelehan senyawa ion maka senyawa ion itu
akan diuraikan. Kation direduksi di katode, sedangkan anion dioksidasi di
anode. Reaksi elektrolisis dalam larutan elektrolit berlangsung lebih kompleks.
Spesi yang bereaksi belum tentu kation atau anionnya, tetapi mungkin saja air
atau elektrodenya. Hal itu bergantung pada potensial spesi-spesi yang terdapat
dalam larutan. Untuk menuliskan reaksi elektrolisis larutan elektrolit,
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
1.
Reaksi-reaksi yang berkompetisi pada
tiap-tiap elektrode.
a. Spesi
yang mengalami reduksi di katode adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih positif.
b. Spesi yang mengalami oksidasi di anode
adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif.
2.
Jenis elektrode, apakah inert atau aktif
Elektrode
inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi. Elektrode inert yang
sering digunakan, yaitu platina dan grafit.
3. Overpotensial
Overpotensial
adalah potensial tambahan yang diperlukan sehingga suatu reaksi
elektrolisis dapat berlangsung.
elektrolisis dapat berlangsung.
Contoh :
Elektrolisis
larutan CuSO4 dengan katode dan anode Cu. Pada elektrolisis larutan
CuSO4 dengan elektrode Cu, terbentuk endapan Cu di katode dan
anodenya (Cu) larut. Hasil-hasil itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam
larutan CuSO4 terdapat ion Cu2+, ion SO42-,
molekul air serta logam tembaga (elektrode). Berbeda dengan elektrode grafit
yang inert (sukar bereaksi), tembaga dapat mengalami oksidasi di anode.
Kemungkinan reaksi yang terjadi di katode adalah reduksi
ion Cu2+ atau reduksi air. Oleh karena potensial reduksi Cu2+
lebih besar maka reduksi ion Cu2+ lebih mudah berlangsung. Sementara
itu, kemungkinan reaksi yang terjadi di anode adalah oksidasi ion SO42-,
oksidasi air atau oksidasi Cu.
2SO42-
→ S2O82- +
2e E°
= -2.71 V
2H2O
→ 4H+ + O2 +
4e E° = -1.23
V
Cu
→ Cu2+ +
2e E°
= -0.34 V
Oleh karena
potensial oksidasi Cu paling besar, maka oksidasi tembaga lebih mudah
berlangsung. Jadi, elektrolisis larutan CuSO4 dengan Cu menghasilkan
endapan Cu di katode dan melarutkan Cu di anode.
CuSO4
→ Cu2+ +
SO42-





Cu
→ Cu
(anode)
(katode)
Berdasarkan
daftar potensial elektrode standar dapat dibuat suatu ramalan tentang reaksi
katode dan reaksi anode pada suatu elektrolisis.
Ramalan mungkin akan meleset jika spesi yang terlibat mempunyai overpotensial
yang signifikan (Keenan, 1984).
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak elektron
agar mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan. Hubungan antara
jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam
elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya
oleh Michael Faraday (1791-1867). Hukum faraday pertama tentang tentang
elektrolisis menyatakan bahwa “Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding
dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu elektrolisis”. Hukum kedua
tentang elektrolisis menyatakan bahwa “Sejumlah tertentu arus listrik
menghasilkan jumlah ekuivalen yang
sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis” (Petrucci, 1985).
Untuk menginduksi arus agar mengalir melewati sel elektrokimia, dan
menghasilkan reaksi sel non-spontan, selisih potensial yang diberikan harus
melebihi potensial arus-nol sekurang-kurangnya sebesar potensial lebih sel,
yaitu jumlah potensial ubin pada kedua elektroda dan penurunan ohm (I x R) yang disebabkan oleh arus yang melewati elektrolit.
Potensial tambahan yang diperlukan untuk mencapai laju reaksi yang dapat
terdeteksi, mungkin harus besar, jika rapatan arus pertukaran pada elektrodanya
kecil. Dengan alasan yang sama, sel galvani
menghasilkan potensial lebih kecil ketimbang pada kondisi arus nol (Atkins,
1990).
Reaksi tembaga dengan larutan ion perak dalam air berlangsung spontan dan
tak reversibel. Dengan demikian DG<0, walaupun pada titik ini
magnitudonya tidak diketahui. Karena tidak ada kerja yang dihasilkan, hukum
pertama termodinamika menyebutkan bahwa seluruh perubahan energi muncul sebagai
perubahan kalor.
Reaksi yang sama ini dapat dilakukan dengan amat berbeda tanpa pernah
membawa kedua reaktan kontak langsung satu dengan lainnya jika sebuah sel
galvani (sebuah aki) dibuat oleh mereka. Sebuah lembaran tembaga dimasukan
sebagian kedalam larutan Cu(NO3)2 dan sebuah lembaran
perak dalam sebuah larutan AgNO3, seperti dimasukan sebagian dalam
gambar. Kedua larutan dihubungkan oleh sebuah jembatan garam, yang merupakan
tabung berbentuk U terbalik yang berisi larutan garam seperti NaNO3.
Ujung jembatan ditutup dengan penyumbat berpori yang menghindarkan kedua
larutan bercampur tetapi memungkinkan ion lewat. Kedua lembaran logam
dihubungkan ke amperemeter, sebuah alat yang mengukur arah dan magnitude arus
listrik yang melaluinya.
Jika tembaga dioksida disisi kiri, ion Cu2+ masuk ke larutan.
Elektron yang dilepaskan pada reaksi melewati rangkaian luar dari kiri ke
kanan, seperti digambarkan oleh perubahan jarum amperemeter. Elektron masuk ke
lembaran perak dan pada antar muka logam larutan elektron diikat oleh ion Ag+,
sebagai atom yang melapisi pada permukaan perak. Proses ini akan menyebabkan
kenaikan muatan positif dalam gelas piala sebelah kiri dan menurunkan muatan di
gelas piala sebelah kanan, tetapi tidak untuk jembatan garam. Jembatan
memungkinkan aliran netto ion positif ke gelas piala sebelah kanan dan ion
negatif ke gelas piala sebelah kiri, yang menjaga netralitas muatan disetiap
sisi.
Reaksi oksidasi – reduksi ini terdiri dari dua setengah reaksi yang
terpisah. Setengah reaksi oksidasi di gelas piala sebelah kiri adalah :
Cu (s) ® Cu2+ (aq) + 2e-
Dan setengah reaksi reduksi di gelas piala sebelah kanan adalah:
Ag+ (aq) + 2e- ® Ag (s)
(Oxtoby, 2001).
Penggunaan penting dari elektrolisis adalah dalam pemurnian logam. Proses
pemurnian logam biasanya menghasilkan logam tembaga yang kurang murni untuk
penggunaan secara lazim. Misalnya, adanya arsenik dapat menurunkan
konduktivitas listrik dari tembaga, sehingga hasilnya kurang cocok untuk dibuat
kawat dan konduktor listrik yang lain. Sebongkah besar tembaga yang tidak murni
sebagai anode dan sebuah lempeng dari tembaga murni sebagai katode. Selama
elektrolisis, tembaga dipindah secara terus-menerus melalui larutan (sebagai CO2+)
dari anode ke katode. Emas dan perak biasanya ditemukan sebagai “pengoksidator”
dalam tembaga. Logam-logam ini kurang aktf dibandingtembaga, yaitu agak sukar
teroksidasi. Logam-logam tersebut tidak masuk ke dalam reaksi anoda, tapi
mengendap pada dasar tangki elektrolisis dalam suatu lumpur yang dinamakan
lumpur anode. Nilai ekonomis dari lumpur anode kerap cukup untuk menutup biaya
pemurnian tembaga secara elektrolisis.
Diantara benda-benda secara umum yang dipakai produksi hampir seluruhnya
dengan proses elektrolisis adalah alkali, magnesium, alumunium, klor, flour,
hydrogen peroksida dan natrium hidroksida. Tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa industri modern pada umumnya tidak dapat berfungsi tanpa tersedianya reaksi-reaksi
elektrolisis (Petrucci, 1985).
Logam tembaga semakin hari makin banyak dibutuhkan untuk berbagai
keperluan. Biasanya logam ini dikotori sekitar 1% oleh logam lain seperti besi,
zink, perak, emas, dan platina (Syukri, 1999).
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah catu daya, gelas kimia, labu
ukur, amplas, kabel katoda anoda, elektroda Cu, Kaca arloji, neraca digital dan
penjepit.
Sedangkan
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah paku, dan larutan CuSO4.5H2O
3.2 Prosedur Percobaan
Adapun
prosedur percobaan pada praktikum ini adalah
1. Mengamplas
paku hingga karatnya menghilang
2. Menimbang
paku menggunakan neraca digital
3. Menghubungkan
paku dengan katoda (-) dan elektroda Cu dengan anoda (+)
4. Memasukkan
larutan CuSO4.5H2O 0,1 M kedalam gelas kimia 100 ml
5. Memasukkan
paku dan elektroda Cu kedalam larutan CuSO4.5H2O dan
menghidupkan catu daya
6. Mengamati
perubahan pada paku dan elektroda Cu tersebut
7. Menimbang
kembali paku hasil elektrolisis dan menimbang selisih beratnya
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil yang didapat setelah
percobaan yang dilakukan, yaitu:
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Mengampelas paku
|
Paku menjadi bersih
dari karat
|
2.
|
Menimbang paku
|
Berat paku sebesar
9,8972 gram
|
3.
|
Memasukkan
paku dan elektroda
|
|
4.
|
|
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Pengertian Penyepuhan (Elektroplating)
Penyepuhan
(elektroplating) adalah pelapisan logam menggunakan sel elektrolisis untuk
memperindah penampilan dan mencegah korosi. Benda yang akan disepuh dijadikan
katoda, dan logam penyepuh sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan
adalah larutan elektrolit dari logam penyepuh. Ketebalan lapisan logam sekitar
0,03-0,05 mm.
Elektrolisis
adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik. Komponen utama sel
elektrolisis adalah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus searah.
Reaksi redoks terjadi di elektrode-elektrodenya. Elektrode pada sel
elektrolisis terdiri atas anoda dan katoda. Pada anoda berlangsung reaksi
oksidasi, sedangkan pada katoda berlangsung reaksi reduksi. Anoda bernuatan
positif dan katoda bermuatan negatif.
(http://luluinajjma.blog.com/2012/12/17/6/)
tanggal 10 april 2014 pukul 13:03
4.2.2
Perbedaan
Sel Elektrolisis dengan Sel Volta (Sel Galvani)
Tabel Perbedaan Sel Volta dan Sel Elektrolisis
No.
|
Sel Volta / Galvani
|
Sel Elektrolisis
|
1.
|
Reaksi spontan
|
Reaksi tidak spontan
|
2.
|
Anode kutub negatif
|
Anode kutub positif
|
3.
|
Katode adalah kutub positif
|
Katode adalah kutub negatif
|
4.
|
Energi kimia diubah menjadi energi listrik
|
Energi listrik diubah menjadi energi kimia
|
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/pengertian-sel-volta-dan-sel-elektrolisis-galvani.html 10 April 2015 13:42
2.2.3
Pembahasan
Hasil Pengamatan
Pada praktikum kali ini, kami
melakukan percobaan mengenai proses penyepuhan logam Fe pada paku menggunakan
elektoda Cu. Adapun prosedur yang kami lakukan yaitu pertama mengampelas paku
hingga karatnya menghilang dan
menimbangnya menggunakan neraca digital. Kemudian,
memasukkan larutan CuSO4.5H2O 0,1 M ke dalam gelas kimia
100ml. Namun, pada percobaan ini seharusnya menggunakan tabung U. Setelah itu,
memasukkan elektroda Cu (anoda) ke dalam gelas kimia dan menghidupkan catu daya
12 Volt. Lalu, memasukkan logam Fe (katoda) ke dalam gelas kimia dan menunggu
10 menit. Terakhir, menimbang kembali
paku tersebut.
Pada awal penimbangan, berat
paku 9,8972 gr dan setelah proses penyepuhan selesai menjadi 9,980 gr. Dari
hasil pengamatan, terlihat pada katoda muncul gelembung-gelembung gas dan
terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada anoda warna elektoda logam Cu menjadi
lebih pucat. Konsentrasi
ion Cu2+ dalam larutan CuSO4.5H2O
tidak berubah.
2.2.4
Reaksi
yang Terjadi di Katoda dan Anoda
Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut.
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e-
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-
→ Cu(s)
2.2.5
Arah
Aliran Elektron
Kation pada anoda ini akan bergerak
ke katoda menggantikan kation Cu2+ yang di reduksi di katode. Kation
Cu2+ di katode direduksi membentuk endapan logam tembaga yang
melapisi logam besi pada paku.
2.2.6
Contoh
Penyepuhan dalam Kehidupan
Adapun
contoh lain dari proses penyepuhan dalam kehidupan yaitu untuk
melapisi sendok garpu yang terbuat dari baja dengan perak, maka garpu dipasang sebagai
katoda dan logam perak dipasang sebagai anoda, dengan elektrolit larutan AgNO3.
Logam perak pada anoda
teroksidasi menjadi Ag+ kemudian direduksi menjadi Ag pada
katoda atau garpu. Dengan demikian garpu terlapisi. oleh logam perak.
Anoda
|
:
|
Fe(s)
|
→
|
Fe2+(aq)+2 e-
|
Katoda
|
:
|
Ag+(aq) + e-
|
→
|
Ag (s)
|
Selain
itu, pelapisan kromium pada mesin kendaraan bermotor
sehingga terlihat mengkilat.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada
katoda muncul gelembung-gelembung gas dan terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada
anoda warna elektoda logam Cu menjadi lebih pucat.
2.
Pada awal
penimbangan, berat paku 9,8972 gr dan setelah proses penyepuhan selesai menjadi
9,980 gr.
3.
Penyepuhan
(elektroplating) adalah pelapisan logam menggunakan sel elektrolisis untuk
memperindah penampilan dan mencegah korosi.
4.
Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut.
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e-
Katoda : Cu2+(aq) +
2e- → Cu(s)
5. Arah aliran electron yaitu dari kation
pada anoda akan bergerak ke katoda menggantikan kation Cu2+ yang di
reduksi di katode.
6.
Contoh lain dari
proses penyepuhan dalam kehidupan yaitu untuk melapisi
sendok garpu yang terbuat dari baja dengan perak dan pelapisan kromium pada mesin kendaraan
bermotor sehingga terlihat mengkilat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1990. Kimia Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid
II. Jakarta : Erlangga
Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta :
Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Jilid III : Prinsip dan Terapan
Modern. Jakarta :
Erlangga
Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid II. Bandung : ITB
0 komentar
Posting Komentar