BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kelarutan Obat
Kelarutan merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat
fisiokimia yang penting untuk diperhatikan pada saat memformulasikan suatu
bahan obat menjadi bentuk sediaan. Kelarutan obat yang kecil akan menjadi
tahapan yang membatasi adsorpsi untuk obat yang sukar larut dalam air sehingga
mempengaruhi ketersediaan farmasetikanya.

Gambar 1. Hubungan kelarutan
dan aktivitas antibakteri n-alkohol primer terhadap bakteri Bacillus typhosus (A) dan Staphylococcus aureus (B)
Dari grafik tlhat adanya “garis kejenuhan” (C). Senyawa di bawah garis kejenuhan menunjukkan bahwa pada kadar tersebut larut jenuhnya dapat menyebabkan efek antibakteri
Di atas garis kejenuhan senyawa tersebut tidak mempunyai kelarutan yang cukup untuk memberi efek antibakteri. Titik potong
antara garis aktifitas senyawa seri homolog dan garis kejenuhan tergantung pada daya tahan bakteri Bakteri yang lebih kebal (resisten) memerlukan kadar lebih tinggi untuk membunuhnya, sehingga titik potong terjadi lebih awal
Seri homolog n-alifatik alkohol primer, pada jumlah atom C1 sampai C7 memperlihatkan aktivitas
antibakteri terhadap Bacillus typhosus yang makin meningkat dan mencapai maksimal pada jumlah atom C=8. Pada jumlah atom C > 8 aktivitas turun secara drastis terhadap Staphylococcus aureus aktivitasnya mencapai maksimal pada jumlah atom C=5.
Rantai alkohol yang bercabang: alkohol sekuder dan tersier, mempunyai kelarutan dalam air lebih besar, nilai koefisien partisi lemak/air lebih rendah dibanding alkohol primer sehingga aktivitas antibakteri lebih kecil Adanya ikatan rangkap meningkatkan kelarutan dalam air dan menurunkan aktivitas antibakteri. Alkohol dengan BM besar : setilalkohol, praktis tidak larut dalam air sehingga tidak berkhasiat sebagai antibakteri
2.2
Antibiotik Bakterisid
Bakterisida
atau sering disebut bakteriosida
atau disingkat bside merupakan
bahan atau substansi yang dapat membunuh bakteri. Beberapa jenis antibiotik
dapat bersifat bakteriostatik
yaitu menghambat pertumbuhan.
Berdasarkan daya kerjanya ada yang menghambat pembentukan dinding sel seperti
penisilin. Selain dinding sel, antibiotik dapat menganggu kerja ribosom,
seperti streptomisin.
2.2.1 NEOMYSIN
Neomysin
merupakan antibiotik berspektrum luas. Mikroorganisme yang rentan biasanya
dihambat oleh konsentrasi 5 hingga 10 µg/ml atau kurang. Spesies gram negatif
yang sangat peka adalah Escherecia
coli, Enterobacter erogenes dan Proteus vulgaris. Mikroorganisme gram positif yang dapat dihambat
meliputi S. aureus dan M. tuberculosis.
Pada saat
ini neomysin tersedia dalam berbagai merek krim, salep dan produk lainnya,
dalam sediaan tunggal maupun kombinasi dengan polimiksin, basitrasin,
antibiotik lain dan bermacam-macam kortikosteroid. Tidak ada bukti bahwa
sediaan topikal ini mempersingkat waktu untuk menyembuhkan luka atau bahwa
sediaan yang mengandung steroid lebih efektif.
Neomysin
telah digunakan secara luas untuk penggunaan topikal pada berbagai infeksi
kulit dan mebran mukus yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan terhadap
obat ini. Infeksi ini meliputi infeksi luka bakar dan dermatosis terinfeksi.
Namun pengobatan semacam ini tidak membasmi bakteri dan lesi.
Pemberian
oral neomysin (biasanya dengan kombinasi eritromisin basa) terutama
digunakan untuk “persiapan” usus untuk operasi. Reaksi hipersensitivitas
terutama ruam kulit terjadi 6% hingga 8% pasien jika diberikan secara topikal.
Individu yang peka terhadap obat ini mungkin mengalami reaksi silang jika
terkena aminoglikosida yang lain. Efek toksik neomysin yang paling penting
adalah kerusakan ginjal dan ketulian akibat kerusakan saraf pendengaran. Ini
sering terjadi jika jumlah antibiotik yang relatif besar ini digunakan secara
parenteral dan merupakan alasan tidak digunakannya lagi neomysin dengan cara
ini. Toksisitas bahkan pernah muncul pada pasien dengan fungsi ginjal normal
dengan penggunaan topikal atau irigasi luka dengan larutan neomysin 0,5%.
Efek
merugikan yang paling penting akibat pemakaian neomysin adalah malabsorpsi dan
superinfeksi usus. Individu yang diobati 4 hingga 6 g obat ini melalui mulut
per hari terkadang mengalami sindrom mirip sariawan disertai dengan steatorea.
Pertumbuhan ragi yang berlebihan di usus juga dapat terjadi.
Gangguan akustik dari penggunaan
Neomisin :
1.
Neomisin topikal 5% juga dapat menimbulkan tuli saraf.
2.
Neomisin paling sering menimbulkan tuli saraf.
2.2.2 BASITRASIN
Basitrasin merupakan
serbuk putih kekuningan, tidak berbau, berbau lemah, higroskopis, larutan
terurai dengan cepat pada suhu kamar, mengendap dan tidak aktif oleh garam dari
beberapa logam berat. Basitrasin adalah suatu
antibiotik peptida yang sekarang digunakan secara luas untuk penyembuhan infeksi gram positif
dengan pemberian secara topikal. Berat molekul basitrasin kurang lebih 1500.
Basitrasin terutama bersifat bakterisid secara in vitro dan sinergistik dengan
penisilin, streptomisin atau neomisin. Basitrasin menghambat sintesis dinding
sel bakteri dan menginduksi penumpukan
uridin-difosfat-asetil-murampilpentapeptida dalam sel staphylococcus aureus yang sedang
tumbuh.
Basitrasin adalah salah satu jenis antibiotik polipeptida
penting yang diproduksi dari beberapa strain Bacillus licheniformis dan Bacillus
subtilis dan mempunyai fungsi sebagai penghambat biosintesis dinding sel.
Jenis dari Bacillus sp. menghasilkan banyak macam dari antibiotik
seperti basitrasin, pumulin dan gramisidin. Zat Antibiotik ini berisi 3
campuran yang terpisah yaitu basitrasin A, B dan C. Basitrasin merupakan
antibiotik yang aktif melawan banyak organisme gram-positif, seperti Staphylococcui,
Streptococci, cocci anaerob, Corynebacter dan Clostridia,
tetapi tidak efektif melawan hampir semua organisme gram-negatif (McEvoy, 1993 dalam
AL-Janabi, 2006). Bakteri E. coli merupakan contoh dari bakteri gram
negatif sedangkan S. aeureus merupakan contoh bakteri gram positif
(Budiyanto, 2004).
Tabel 2. Zona hambat Basitrasin
terhadap beberapa jenis bakteri (AL-Janabi, 2006).
Jenis bakteri
|
Zona hambat (mm)
|
Staphylococcus aureus
|
20
|
Non hemolytic Streptococci
|
21
|
Beta-hemolytic Streptococci
|
22
|
Bacillus cereus
|
22
|
E. coli
|
0
|
Antibiotik basitrasin paten digunakan untuk klinik dengan
kombinasi obat anti mikroba lainnya. Basitrasin menghambat dengan mencegah
pertumbuhan Streptococuc pyogenes dan Staphylococcus aereus. Obat ini sekarang
hanya digunakan secara topikal untuk berbagai infeksi kulit dan mata karena
pada penederita sistemik bersifat nefrotoksik. Reaksi alergi jarang terjadi
pada gangguan topikal. Salep mata yang mengandung basitrasin efektif
untuk mencegah oftalmia neonatorum karena ponore .
Mekanisme Kerja Antibiotik
Basitrasin :
1. Menghambat daur ulang pembawa
(carrier) yang mengangkut prekusor dinding sel melintasi membran plasma.
2. Menghambat sintesis dinding sel
bakteri dengan mencegah transfer mukopeptida ke dalam dinding sel.
3. Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba
dengan menghambat sintesis ensim atau inaktivasi enzim, sehingga menyebabkan
hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini
menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu sintesis
peptidoglikan.
Nefrotoksisitas
berat jika diberikan secara i.v. Hipotensi, edema wajah/bibir, rasa sesak pada
dada, rasa tersengat, rash, anoreksia, mual, muntah, diare, diskrasias darah,
diaforesis, blokade neuromuskular, pusing, ataksia, mengantuk, pandangan kabur.
Basitrasin aktif terhadap bakteri gram positif tetapi tidak terhadap gram
negatif; antibiotik ini sangat beracun sehingga penggunaanya dibatasi sebagai
obat luar saja.
2.2.3 POLIMIKSIN
Polimiksin B adalah antibiotika topikal
yang diturunkan dari B.polymyxa, yang asalnya diisolasi dari
contoh tanah di Jepang. Polimiksin B adalah campuran dari polimiksin B1 dan B2,
keduanya merupakan polipeptida siklik. Fungsinya adalah sebagai detergen
kationik yang berinteraksi secara kuat dengan fosfolipid membran sel bakteri,
sehingga menghambat intergritas sel membran.
Polimiksin B aktif melawan organisme
gram negatif secara luas termasuk P.aeruginosa, Enterobacter, dan Escherichia
coli. Polimiksin B tersedia dalam bentuk salep (5000-10000 unit per gram)
dalam kombinasi dengan basitrasin atau neomisin. Cara pemakaiannya dioleskan
sekali sampai tiga kali sehari.
Berasal dari Bacillus polymixa. Bersifat bakterisid
berdasarkan kemampuannya melekatkan diri pada membran sel bakteri sehingga
permeabilitas meningkat & akhirnya sel meletus. Spektrumnya sempit,
polimiksin hanya aktif terhadap bakteri gram negative. Mekanisme kerja yaitu obat ini
mengganggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman.
2.2.4 PENICILLIN
Penicillin sangat efektif untuk mengobati infeksi bakteri
dengan mengganggu/menginterferensi komponen spesifik sel bakteri atau
mengganggu proses metabolism bakteri. Bagi bakteri, dinding sel sangat berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Komponen utama dari dinding sel bakteri
adalah peptidoglikan. Penicillin akan menginhibisi (menghambat) tahap akhir
pembentukan/sintesis petidoglikan sehingga dinding sel tidak bisa terbentuk
dengan cara berikatan pada enzim DD-transpeptidase yang memperantarai dinding
peptidoglikan bakteri sehingga akan melemahkan dinding sel bakteri.
Hal ini mengakibatkan sitolisis karena ketidakseimbangan
tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang mencerna
dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Dengan menghambat
perkembangan dinding sel, sel bakteri tersebut akan menjadi lemah dan
kemungkinan besar mengalami penghancuran sel (lisis). Dengan proses ini
penicillin mencegah bakteri dalam bereplikasi dan menginfeksi tubuh.
2.2.5 STREPTOMISIN
Streptomisin pertama kali
ditemukan oleh Waksman pada tahun 1939, tetapi penemuan baru diumumkan pada
tahun 1944. Antibiotik ini dihasilkan oleh jamur Streptomyces griseus dan
struktur kimianya diperkenalkan oleh Brink dan Folkers pada tahun 1947. Ada dua
jenis streptomisin yaitu streptomisin A, yang selanjutnya disebut streptomisin
(tanpa akhiran A) dan disingkat S, serta streptomisin B atau manosido
streptomisin. Struktur kimia streptomisin B memiliki unit penyusun manosa.
Stuktur kimia
streptomisin tersusun atas tiga unit senyawa, yaitu streptidin, streptosa, dan
N-metil-L-glukosamina. Ikatan antara
streptidin dan streptosa dan ikatan antara streptosa dan dan
N-metil-L-glukosamina adalah ikatan glikosida. Ikatan glikosida antara
streptidin dan streptosa lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan antara
streptosa dan dan N-metil-L-glukosamina.
Streptomisin berkhasiat
melawan bakteri yang disebabkan oleh banyak bakteri gram positif dan bebrapa
bakteri gram negatif yang rentan terhadap antibiotik ini. Streptomisin merupakan obat
pertama yang efektif secara klinis untuk pengobatan tuberkulosis.

Streptomisin
(
O-2odeoxy-2-methylamino-α-L-glucopyranosyl(1-2)-O-5-deoxy-3-C-formyl-α-L-lyxofuranosyl-(1-4)-N,N-diamidino-D-streptamine;C21H39 N7O12)
merupakan obat antituberkulosis yang termasuk ke dalam golongan
aminoglikosida. Target utama dari kerja streptomisin adalah mekanisme
pada tingkat ribosom. Dalam hal ini yang berperanadalah 16S rRNA dan S12 dimana
16S rRNA dikode oleh gen rrs dan S12 dikode oleh gen rpsL. Streptomisin akan
berinteraksi dengan 16S rRNA dan S12 ribosom yang akanmenyebabkan terjadinya
perobahan pada ribosom dan menyebabkan terjadinya misreading pada mRNA
sehingga menghambat proses sintesis protein.
Proses
resistensi terhadap streptomisin terjadi karena terjadinya mutasi pada protein ribosom S12 yang dikode oleh gen
rpsL dan mutasi pada 16S rRNA yang dikode oleh gen rrs. Mutasi lebih sering
terjadi pada gen rpsL dimana terjadi lebih dari 2/3 kasus resisten streptomisin. Mutasi ini akan
menyebabkan terjadinya proses substitusi asam aminotunggal yang akan
mempengaruhi struktur 16S rRNA. Dengan terjadinya perobahan struktur ini
maka streptomisin tidak dapat mempengaruhi 16S rRNA sehingganya tidak
terjadigangguan pada mRNA yang mengakibatkan proses sintesis protein tidak
terganggu. Dengan tidak terganggunya proses sintesis protein maka terjadi
resistensi terhadap streptomisin.
2.3
Antibiotik Bakteriostatik
Seperti namanya, antibiotik bakteriostatik menghambat
pertumbuhan bakteri, (menghambat perbanyakan populasi bakteri). Karena bakteri
patogen terhambat pertumbuhannya, sistem kekebalan tubuh dapat dengan mudah
memerangi infeksi. Mekanisme kerja antibiotik bakteriostatik adalah dengan
mengganggu sintesis protein pada bakteri penyebab penyakit tanpa mempengaruhi
dinding sel dan bersama host (inang) memberikan perlawanan untuk mengeliminasi
bakteri. Contoh antibiotik bakteriostatik populer adalah spectinomycin
(mengobati gonore), tetracycline (umum digunakan untuk infeksi), chloramphenicol
(untuk semua jenis infeksi bakteri), dan macrolide (efektif untuk bakteri gram
positif). Sedangkan antibiotik bakterisida mengandung senyawa aktif yang secara
langsung membunuh bakteri. Untuk membunuh bakteri, antibiotik jenis ini
menargetkan dinding sel luar, membran sel bagian dalam, serta susunan kimia
bakteri. Contoh umum antibiotik bakterisida adalah penicillin (menyerang
dinding sel luar), polymyxin (menargetkan membran sel), dan quinolone
(mengganggu jalur enzim). Beberapa zat bakteriosida digunakan sebagai
disinfektan, sterilisasi, dan antiseptik.
2.3.1 ERITROMISIN
Eritromisin menghambat sintesis protein yang tergantung RNA.
Pada sub unit ribosom 50 S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi dan
translokasi. Terdapat bukti yang menggambarkan bahwa eritromisin dapat paling
sedikit sebagian menempati suatu tempat pengikatan bersama-sama dengan
klindamisin.
1. Spektrum aktivitas utama eritromisin melawan
organisme-organisme gram positif meskipun beberapa jenis bakteri gram negatif
mungkin rentan juga. Treponema, mycoplasma, chlamydia dan ricketsia dapat
rentan.
2. Obat ini terutama bersifat bacteriostatik tetapi pada
konsentrasi lebih tinggi dan terutama terhadap bakteri gram positif dapat
bersifat bakteriosid.
3. Ia basa lemah dan secara bermakna lebih aktif pada pH
alkali daripada pada pH netral atau asam.
4. Resistensi terhadap eritromisin dapat
terjadi oleh mekanisme berikut ini:
a. Ketidakmampuan antibiotika untuk menembus mikroba.
b. Perubahan tempat reseptor pada ribosom 50 S.
c. Metilasi adenin.
0 komentar
Posting Komentar